TUNAWICARA
A.
Definisi
Tunawicara
Tunawicara
(bisu) adalah
mereka yang menderita gangguan berbicara sehingga tidak dapat berbicara dengan
jelas. Bisu disebabkan oleh gangguan pada organ-organ seperti tenggorokan, pita
suara, paru-paru, mulut, lidah, dsb.. Tuna wicara
(bisu) sering diasosiasikan dengan tuna rungu (Tuli) karena ada sebuah syaraf eustachius yang menghubungkan
telinga tengah dengan rongga mulut adapun organ berbicara antara lain mulut,hidung,kerongkongan,batang
tenggorokan,dan paru-paru. Penghubung
penting lainnya antara telinga dan mulut adalah saraf trigeminal, yang
terhubung ke otot martil, serta ke otot–otot yang memungkinkan kita mengunyah
dan menutup mulut, yaitu otot temporal dan otot masseter.
Saraf trigeminal
·
Saraf
ini merupakan penghubung langsung lainnya antar pendengaran dan suara. Kalau
dengan menguap kita dapat menghindari mendengar, cara lain adalah dengan
menutup rahang rapat-rapat.
·
Ketika
seseorang anak menggeretakan ginginya saat marah, pasti bahwa kata-kata kita
akan masuk telinga kann dan keluar telinga kiri.
·
Hubungan
saraf ganda antara telinga dan suara agaknya bersesuaian dengan temuan-temuan
akhir-akhir ini yang menyatakan; otot-otot telinga tengah teraktivasi ketika
kita menggunakan suara kita.
B.
faktor penyebab tuna wicara.
1.
Hipertensi
2.
Faktor
genetik /turunan dari orang tua.
3.
Keracunan makanan.
4.
Tetanus Neonatorum (Penyakit yang
menyerang bayi saat baru lahir. Biasanya disebabkan oleh pertolongan persalinan
yang tidak memadai)
5.
Difteri (Penyakit infeksi akut pada
saluran pernafasan bagian atas)\
C.
Ciri-ciri
penderita tuna wicara.
·
Berbicara keras dan tidak jelas
·
Suka melihat gerak bibir atau gerak
tubuh teman bicaranya
·
Telinga mengeluarkan cairan
·
Menggunakan alat bantu dengar
·
Bibir sumbing
·
Suka melakukan gerakan tubuh
·
Cenderung pendiam
·
Suara sengau
·
Cadel.
D. Klasifikas penderita tuna wicara.
Disabilitas pendengaran pada umumnya dialami oleh individu yang lahir
sebelum waktunya (premature). Penyandang disabilitas bicara ini memiliki
beberapa karakteristik antara lain memiliki suara sengau, cadel, bicara tidak
jelas dan tidak mengeluarkan suara saat berbicara, cenderung pendiam, pandangan
tertuju pada satu obyek, menggunakan komunikasi non verbal dan bahasa tubuh
untuk mengungkapkan pendapat, pikiran dan keinginan, serta lebih memilih
berkomunikasi secara tertulis.
Anak dengan gangguan dengar/wicara
dikelompokan sebagai berikut :
a)
Ringan (20 – 30 db)
Umumnya mereka masih
dapat berkomunikasi dengan baik, hanya kata-kata tertentu saja yang tidak dapat
mereka dengar langsung, sehingga pemahaman mereka menjadi sedikit terhambat.
b)
Sedang (40 – 60 db)
Mereka mulai mengalami
kesulitan untuk dapat memahami pembicaraan orang lain, suara yang mampu
terdengar adalah suara radio dengan volume maksimal
c)
Berat/parah (di atas 60 db)
Kelompok ini sudah
mulai sulit untuk mengikuti pembicaraan orang lain, suara yang mampu mereka
dengar adalah suara yang sama kerasnya dengan jalan pada jam-jam sibuk.
Biasanya kalau masuk dalam kategori ini sudah menggunakan alat bantu dengar,
mengandalkan pada kemampuan membaca gerak bibir, atau bahasa isyarat untuk
berkomunikasi
E.
Penanganan
Bila terdapat gejala tersebut di atas lakukanlah pengujian kemampuan
pendengaran sederhana dengan Uji Percakapan atau Uji Berbisik kurang dari 4 meter.
Lakukan juga pemeriksaan pada telinga luar dan dalam untuk memastikan dan
menentukan jenis dan derajat gangguan pendengaran.Petugas yang memberikan
pelayanan kesehatan bagi tunawicara diharapkan dapat lebih sabar dan berbicara
dengan menggunakan mimik yang jelas dan keterarah jawaban (berhadap-hadapan)
agar komunikasi dapat berjalan lancar.
F. Cara membantu tunawicara:
a) Bicara harus jelas
dengan ucapan yang benar
b) Gunakan kalimat sederhana
dan singkat
c) Gunakan komunikasi
non verbal seperti gerak bibir atau gerakan tangan
d) Gunakan pulpen dan kertas
untuk menyampaikan pesan
e) Bicara berhadapan muka
f) Latihan gerak bibir
dengan cermin
g) Latihan menggunakan bahasa isyarat
h) Jika masih memungkinkan, periksakan
kepada tenaga profesional untuk mendapatkan alat bantu dengar.
G.
Hambatan Belajar dan petunjuk praktisan
pada siswa tunarungu wicara.
Hambatan Belajar
|
Petunjuk Praktis
|
Keterbatasan penengaran
|
·
Berikan informasi dalam bentuk visual,
kinestetik, dan taktil, misalnya melalui video atau film,gambar,simulasi,dan
demontrasi
·
Berikan tanda bahaya visual (lampu
sirine). Jelaskan prosedur penyelamatan secara jelas dengan bahasa sederhana.
|
Penguasaan Bahasa Terbatas
|
·
Gunakan kata-kata sederhana yang
dipahami anak.
·
Usahakan menggunakan mimik wajah dan
bahasa tubuh untuk membantu menyampaikan informasi kepada anak.
|
F. Strategi pembelajaran yang
dapat diterpkan.
Penataan
|
·
Posisikan anak didepan supaya dapat
mendengar maupun melihat gerak bibir guru lebih jelas.
|
Strategi
pembelajaran
|
·
Pastikan guru dan temen – temenya
berbicara dengan jelas, tetapi tidak perlu berteriak karena dapat menyebabkan
kata terucap tidak jelas.
·
Minta anak mengulang pertanyaan untuk
memastikan pemahamanya.
·
Minta hal sebangku untuk mengulang hal
yang disampaikan guru apabila doperlakukan.
·
Pastikan wajah terarah ke anak saat
berbicara denganya. Beritahukan kepada teman-temanya juga untuk melakukan hal
yang sama saat berbicara dengan anak yang memiliki ganguan pendengaran.
·
Pergunaan kata-kata sederhana.
·
Gunakan gerakan dan ekspresi sesering
mungkin serta media visual.
·
Jika menggunakan alat bantu dengar,
hati-hati karena alat itu biasanya memperkeras semua bunyi termasuk suara
latar.
|
Alternatif evaluasi
|
·
Evaluasi tertulis, performance.
|
Very useful information and very enlightening sob…
BalasHapusThank U very much atas kesediaan sobat untuk berkunjung ke gubuk saya
Salam kenal & salam berbagi sob...
Gan ada gak alat bantu buat tuna wicara? mohon informasinya donk kebetulan saya mau membuat project ttg alat bantu tuna wicara tersebut. Mohon informasi nya yaa
BalasHapusSalam kenal
Printer Kartu