Minggu, 11 November 2012

Tuna Wicara


TUNAWICARA
A.    Definisi Tunawicara
Tunawicara (bisu) adalah mereka yang menderita gangguan berbicara sehingga tidak dapat berbicara dengan jelas. Bisu disebabkan oleh gangguan pada organ-organ seperti tenggorokan, pita suara, paru-paru, mulut, lidah, dsb.. Tuna wicara (bisu) sering diasosiasikan dengan tuna rungu (Tuli) karena ada sebuah syaraf eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga mulut adapun organ berbicara antara lain mulut,hidung,kerongkongan,batang tenggorokan,dan paru-paru. Penghubung penting lainnya antara telinga dan mulut adalah saraf trigeminal, yang terhubung ke otot martil, serta ke otot–otot yang memungkinkan kita mengunyah dan menutup mulut, yaitu otot temporal dan otot masseter.
Saraf trigeminal
·         Saraf ini merupakan penghubung langsung lainnya antar pendengaran dan suara. Kalau dengan menguap kita dapat menghindari mendengar, cara lain adalah dengan menutup rahang rapat-rapat.
·         Ketika seseorang anak menggeretakan ginginya saat marah, pasti bahwa kata-kata kita akan masuk telinga kann dan keluar telinga kiri.
·         Hubungan saraf ganda antara telinga dan suara agaknya bersesuaian dengan temuan-temuan akhir-akhir ini yang menyatakan; otot-otot telinga tengah teraktivasi ketika kita menggunakan suara kita.

B.     faktor  penyebab tuna wicara.
1.      Hipertensi
2.      Faktor genetik /turunan dari orang tua.
3.      Keracunan makanan.
4.      Tetanus Neonatorum (Penyakit yang menyerang bayi saat baru lahir. Biasanya disebabkan oleh pertolongan persalinan yang tidak memadai)
5.      Difteri (Penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas)\
C.    Ciri-ciri penderita tuna wicara.
·         Berbicara keras dan tidak jelas
·         Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya
·         Telinga mengeluarkan cairan
·          Menggunakan alat bantu dengar
·         Bibir sumbing
·         Suka melakukan gerakan tubuh
·         Cenderung pendiam
·         Suara sengau
·         Cadel.

D.    Klasifikas penderita tuna wicara.
Disabilitas pendengaran pada umumnya dialami oleh individu yang lahir sebelum waktunya (premature). Penyandang disabilitas bicara ini memiliki beberapa karakteristik antara lain memiliki suara sengau, cadel, bicara tidak jelas dan tidak mengeluarkan suara saat berbicara, cenderung pendiam, pandangan tertuju pada satu obyek, menggunakan komunikasi non verbal dan bahasa tubuh untuk mengungkapkan pendapat, pikiran dan keinginan, serta lebih memilih berkomunikasi secara tertulis.

Anak dengan gangguan dengar/wicara dikelompokan sebagai berikut :
a)        Ringan (20 – 30 db)
Umumnya mereka masih dapat berkomunikasi dengan baik, hanya kata-kata tertentu saja yang tidak dapat mereka dengar langsung, sehingga pemahaman mereka menjadi sedikit terhambat.

b)       Sedang (40 – 60 db)
Mereka mulai mengalami kesulitan untuk dapat memahami pembicaraan orang lain, suara yang mampu terdengar adalah suara radio dengan volume maksimal

c)        Berat/parah (di atas 60 db)
Kelompok ini sudah mulai sulit untuk mengikuti pembicaraan orang lain, suara yang mampu mereka dengar adalah suara yang sama kerasnya dengan jalan pada jam-jam sibuk. Biasanya kalau masuk dalam kategori ini sudah menggunakan alat bantu dengar, mengandalkan pada kemampuan membaca gerak bibir, atau bahasa isyarat untuk berkomunikasi

E.     Penanganan
Bila terdapat gejala tersebut di atas lakukanlah pengujian kemampuan pendengaran sederhana dengan Uji Percakapan atau Uji Berbisik kurang dari 4 meter. Lakukan juga pemeriksaan pada telinga luar dan dalam untuk memastikan dan menentukan jenis dan derajat gangguan pendengaran.Petugas yang memberikan pelayanan kesehatan bagi tunawicara diharapkan dapat lebih sabar dan berbicara dengan menggunakan mimik yang jelas dan keterarah jawaban (berhadap-hadapan) agar komunikasi dapat berjalan lancar.

F.     Cara membantu tunawicara:
a)   Bicara harus jelas dengan ucapan yang benar
b)   Gunakan kalimat sederhana dan singkat
c)   Gunakan komunikasi non verbal seperti gerak bibir atau gerakan tangan
d)   Gunakan pulpen dan kertas untuk menyampaikan pesan
e)   Bicara berhadapan muka
f)   Latihan gerak bibir dengan cermin
g)   Latihan menggunakan bahasa isyarat
h)  Jika masih memungkinkan, periksakan kepada tenaga profesional untuk mendapatkan alat bantu dengar.

G.    Hambatan Belajar dan petunjuk praktisan  pada siswa tunarungu wicara.
Hambatan Belajar
Petunjuk Praktis
Keterbatasan penengaran






·      Berikan informasi dalam bentuk visual, kinestetik, dan taktil, misalnya melalui video atau film,gambar,simulasi,dan demontrasi

·      Berikan tanda bahaya visual (lampu sirine). Jelaskan prosedur penyelamatan secara jelas dengan bahasa sederhana.
Penguasaan Bahasa Terbatas
·      Gunakan kata-kata sederhana yang dipahami anak.
·      Usahakan menggunakan mimik wajah dan bahasa tubuh untuk membantu menyampaikan informasi kepada anak.

        F. Strategi pembelajaran yang dapat diterpkan.
Penataan
·         Posisikan anak didepan supaya dapat mendengar maupun melihat gerak bibir guru lebih jelas.
Strategi pembelajaran
·         Pastikan guru dan temen – temenya berbicara dengan jelas, tetapi tidak perlu berteriak karena dapat menyebabkan kata terucap tidak jelas.
·         Minta anak mengulang pertanyaan untuk memastikan pemahamanya.
·         Minta hal sebangku untuk mengulang hal yang disampaikan guru apabila doperlakukan.
·         Pastikan wajah terarah ke anak saat berbicara denganya. Beritahukan kepada teman-temanya juga untuk melakukan hal yang sama saat berbicara dengan anak yang memiliki ganguan pendengaran.
·         Pergunaan kata-kata sederhana.
·         Gunakan gerakan dan ekspresi sesering mungkin serta media visual.
·         Jika menggunakan alat bantu dengar, hati-hati karena alat itu biasanya memperkeras semua bunyi termasuk suara latar.
Alternatif evaluasi
·       Evaluasi tertulis, performance.